.
Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum mengakui ada partai
koalisi yang tidak sejalan dengan kontrak politik
Koalisi Sekretariat
Gabungan.
Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang
Yudhoyono yang
juga Ketua Koalisi Sekretariat Gabungan tidak bisa
memutus sepihak
memberikan sanksi partai koalisi yang
"nakal."
Usai mendapat
arahan SBY di Kantor DPP Demokrat, Jakarta Pusat,
Minggu 1 April 2012,
Anas menyampaikan bahwa kontrak koalisi tidak
hanya ditandatangani SBY
dan Wakil Presiden Boediono.
Kontrak koalisi itu juga diteken
oleh seluruh ketua umum partai koalisi yakni dari
Demokrat, Golkar, PAN,
PKS, PPP, dan PKB. Maka itu, kata Anas, bila ingin
mengambil keputusan
terkait nasib koalisi itu juga harus melibatkan
ketua umum lainnya.
"Tentunya
itu menjadi keputusan bersama peserta
koalisi," jelas Anas. "Intinya,
adalah bagaimana kontrak koalisi itu bisa
ditegakkan dengan baik."
Saat
ini, partai koalisi yang memiliki jalan berbeda
dengan mitra koalisi
yakni PKS. Dalam paripurna pengesahan pasal
tentang kenaikan harga BBM,
PKS yang awalnya memberikan opsi akhirnya
memutuskan menolak kenaikan
harga BBM.
PKS tidak sepakat adanya penambahan pasal baru
dalam
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran
dan Pendapatan
Belanja Negara 2012. Sikap PKS ini berbeda dengan
lima partai koalisi
lainnya.
Meski demikian, Anas menegaskan tidak ada
pembahasan
khusus partai koalisi dalam pertemuan dengan SBY
tadi. "Jadi memang
tidak dibahas secara spesifik," ujar Anas.
(umi)
Rabu, 04 April 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar